Kau Mati dengan Namaku di Bibir, dan Hidupku Berhenti di Sana Alunan guqin mengalir lirih, serupa air mata yang jatuh perlahan di malam ya...

Drama Abiss! Kau Mati Dengan Namaku Di Bibir, Dan Hidupku Berhenti Di Sana Drama Abiss! Kau Mati Dengan Namaku Di Bibir, Dan Hidupku Berhenti Di Sana

Drama Abiss! Kau Mati Dengan Namaku Di Bibir, Dan Hidupku Berhenti Di Sana

Drama Abiss! Kau Mati Dengan Namaku Di Bibir, Dan Hidupku Berhenti Di Sana

Kau Mati dengan Namaku di Bibir, dan Hidupku Berhenti di Sana

Alunan guqin mengalir lirih, serupa air mata yang jatuh perlahan di malam yang sunyi. Di paviliun yang diterangi rembulan pucat, aku duduk, mengenang. Angin berdesir melalui kain sutra hanfu-ku, membawa aroma bunga plum yang dulu sangat disukainya.

Lima belas tahun lalu, aku, Lin Yue, adalah pewaris tunggal keluarga Lin yang terhormat. Dia, Zhao Wei, adalah jendral muda yang gagah berani, pahlawan yang dipuja seluruh kekaisaran. Cinta kami, bagaikan anggur yang matang di bawah mentari, manis dan memabukkan.

Namun, anggur itu basi.

Aku melihatnya, di taman belakang, berciuman dengan adik perempuanku, Lin Mei. Pengkhianatan. Itu kata pertama yang terlintas di benakku. Bukan amarah, bukan teriakan, hanya kehampaan yang dingin. Aku memilih diam. Bukan karena lemah, bukan. Aku menyimpan rahasia. Rahasia yang lebih besar dari pengkhianatan cinta, rahasia yang bisa mengguncang tahta.

Zhao Wei, di mataku, bukan lagi pahlawan. Dia adalah pion dalam permainan besar, sebuah boneka yang digerakkan oleh ambisi tersembunyi. Aku tahu siapa dalang di balik semua ini. Dan rahasia itu… harus kulindungi, bahkan dengan harga diriku sendiri.

Aku mundur. Aku melepaskan Zhao Wei. Aku membiarkan Lin Mei merebutnya. Aku membiarkan masyarakat mencemoohku sebagai wanita yang ditolak. Aku menerima semua itu. Karena, di dalam diamku, aku merencanakan sesuatu. Bukan balas dendam yang kejam, melainkan keadilan yang tersembunyi.

Waktu berlalu. Zhao Wei menikahi Lin Mei dan karirnya meroket. Dia menjadi tangan kanan Kaisar, kekuatan yang tak tertandingi. Keluarga Lin hancur, hartanya dirampas, kehormatannya tercemar. Aku menghilang, menjadi bayangan. Seorang pengembara yang terlupakan.

Suatu malam, aku mendengar kabar. Zhao Wei sakit parah. Racun mematikan menggerogotinya. Tabib kekaisaran tak berdaya. Lin Mei menangis meraung-raung, memohon dewa untuk kesembuhannya.

Aku tahu racun itu. Racun langka yang hanya tumbuh di puncak Gunung Salju Abadi. Racun yang kubuat sendiri, lima belas tahun lalu, ketika hatiku hancur berkeping-keping. Racun itu seharusnya untuk diriku sendiri, sebagai jalan keluar dari semua kepedihan.

Namun, takdir punya rencana lain.

Zhao Wei, di ranjang kematiannya, memanggil nama. Bukan nama istrinya. Bukan nama Kaisar. Dia memanggil namaku. Lin Yue.

"Maafkan aku," bisiknya, air mata mengalir di pipinya yang pucat. "Aku... terpaksa. Kaisar... mengancam keluargamu... jika aku menolak... menikahi Mei'er..."

Kata-katanya menghantamku bagai badai. KEBENARAN terungkap. Jadi, Zhao Wei melindungiku dengan mengkhianatiku? Dia mengorbankan cintanya, namanya, segalanya... demi keselamatanku?

Dia meninggal dunia malam itu, dengan namaku di bibirnya. Dan, anehnya, hidupku ikut berhenti di sana. Bukan secara fisik, tapi secara emosional.

Lin Mei, yang kini menjadi janda kaya raya, menikmati semua kemewahan yang dia inginkan. Namun, di matanya, selalu ada ketakutan. Ketakutan akan rahasia yang mungkin terbongkar, ketakutan akan takdir yang mungkin berbalik arah.

Bertahun-tahun kemudian, Kaisar lengser. Terungkaplah bahwa dia terlibat dalam praktik korupsi dan penindasan yang mengerikan. Keluarga kerajaan hancur. Lin Mei kehilangan segalanya. Dia menjadi pengemis di jalanan, meratapi nasibnya.

Aku melihatnya, dari kejauhan. Tidak ada senyuman kemenangan di wajahku. Hanya kesedihan yang mendalam. Keadilan telah ditegakkan, tapi dengan harga yang sangat mahal. Takdir telah berbalik arah, menghadirkan pahitnya penyesalan yang abadi.

Aku berbalik, melangkah menjauh, meninggalkan semuanya.

Rahasia Zhao Wei aman bersamaku. Dan aku, selamanya terikat padanya... oleh cinta, pengkhianatan, dan kematian.

Malam ini, alunan guqin terasa semakin pedih, mengingatkanku pada aroma bunga plum, dan sebuah pertanyaan yang tak pernah terjawab: apakah dia tahu, bahwa racun yang membunuhnya… adalah racun cinta yang tak terbalas?

You Might Also Like: Ini Baru Drama Janji Yang Tertinggal Di

0 Comments: