Kau Membakar Dunia, Dan Aku Tetap Memelukmu di Tengah Apinya
Kabut lavender menyelimuti Danau Bulan Sabit, serupa kerudung sutra yang ditenun dari mimpi. Di sanalah pertama kali mataku terpaku pada sosokmu, siluet rembulan yang menjelma dewa. Kau, dengan tatapan setajam obsidian, memancarkan aura KEABADIAN yang menyakitkan.
Dunia kita terpisahkan oleh tabir waktu. Aku, serpihan masa kini yang tersesat, sementara kau, kaisar di singgasana langit, abadi dalam legenda yang tak pernah usai.
Setiap malam, aku menyusuri lorong-lorong waktu, berjuang menembus pusaran takdir hanya untuk melihatmu. Pertemuan kita adalah bisikan angin di antara dua dunia, sentuhan lembut yang membakar jiwa.
Kau bercerita tentang kerajaan bintang yang hancur, tentang pengkhianatan dan dendam yang menggerogoti hatimu. Aku mendengarkan, terpesona oleh tragika epik yang mengalir dari bibirmu, setiap kata seperti goresan tinta emas di atas kanvas kegelapan.
Lalu, kau membakar dunia.
Nyala api menjilat langit, melahap segala yang pernah kita kenang. Istanamu yang megah runtuh menjadi abu, jubah kebesaranmu robek dan berlumuran darah. Kau, sang kaisar yang digdaya, kini hanya bara api yang berjuang mempertahankan diri.
Namun, di tengah KEMUSNAHAN itu, aku tetap memelukmu.
Aku mendekapmu erat, merasakan panas yang membakar kulitku, aroma asap yang menyesakkan dada. Aku tak peduli. Karena bersamamu, di tengah api yang melahap dunia, aku menemukan ARTI.
Aku tahu, ini gila. Mungkin hanya ilusi. Mungkin aku hanya bermimpi, terjebak dalam labirin kenangan yang tak pernah ada. Mungkin kau hanyalah hantu dari masa lalu yang menghantui pikiranku.
Tapi, hatiku memilih untuk percaya. Memilih untuk mencintaimu, bahkan saat dunia di sekelilingku runtuh menjadi debu.
Kemudian, suatu malam, di tengah hujan meteor yang membelah langit, kau membisikkan sebuah rahasia:
"Kau adalah reinkarnasi dari permaisuriku..."
Jantungku REMUK. Misteri terpecahkan. Kekuatan cinta yang tak nyata itu terungkap. Namun, mengapa kebenaran ini terasa begitu PAHIT? Mengapa pengakuanmu membuatku semakin _merindukan_mu? Karena aku tahu, walau kita pernah bersama, di dimensi yang terlupakan, takdir kita kini berbeda. Aku tak bisa menggantikan masa lalu, dan kau tak bisa kembali dari KETERJEBAKAN abadi.
Bayanganmu memudar... bersamaan dengan terbitnya fajar.
"Ingatlah aku, saat bunga teratai mekar di musim gugur..."
You Might Also Like: Rahasia Skincare Lokal Untuk Kulit
0 Comments: